Psychological Pricing Kenapa Harga Rp 9.999 Terlihat Lebih Murah

Psychological Pricing: Kenapa Harga Rp 9.999 Terlihat Lebih Murah?

0 Comments

cleanwholesomeromance – Psychological pricing adalah teknik penentuan harga yang bikin kita berpikir sesuatu itu lebih murah dari yang sebenarnya. Mentalitas manusia itu unik banget. Kadang kita mikir kita rasional dalam mengambil keputusan, tapi ternyata otak kita sering ketipu sama trik psikologis yang sebenarnya simpel.

Pernah nggak sih kamu lihat harga barang di toko atau e-commerce yang bentuknya kayak Rp 9.999, Rp 49.999, atau Rp 99.999? Secara logika, harga itu cuma beda Rp 1 dari angka bulat berikutnya, tapi tetap aja kita lebih cenderung menganggap harga itu lebih murah.

Kenapa bisa gitu? Kok harga yang pakai angka 9 di belakang kelihatan lebih menarik buat dibeli? Nah, di artikel ini kita bakal bahas kenapa teknik psychological pricing ini efektif dan gimana pengaruhnya ke psikologi pembeli!

Apa Itu Psychological Pricing?

Psychological pricing adalah teknik marketing yang memanfaatkan cara kerja otak manusia dalam memproses angka. Strategi ini sengaja dipakai biar harga produk kelihatan lebih murah di mata konsumen, meskipun bedanya nggak jauh dari harga aslinya.

Bayangin kamu lagi belanja dan lihat dua produk dengan harga berikut:

  • Rp 10.000
  • Rp 9.999

Kalau dipikir pakai logika, perbedaannya cuma Rp 1. Tapi kebanyakan orang bakal lebih tertarik dengan harga Rp 9.999, karena otaknya lebih fokus ke angka pertama, yaitu 9.

Jadi, ini bukan kebetulan ya! Psychological pricing udah dipakai oleh banyak bisnis, mulai dari minimarket sampai brand besar, karena terbukti bikin orang lebih tertarik buat beli.

Kenapa Harga Rp 9.999 Terasa Lebih Murah?

Ada beberapa alasan kenapa teknik psychological pricing ini efektif banget dalam mempengaruhi cara kita melihat harga.

Efek Left-Digit Bias

Otak kita itu lebih cepat memproses angka pertama di sebelah kiri dibanding angka di belakangnya. Jadi, ketika kita melihat harga Rp 9.999, yang pertama otak kita tangkap adalah angka 9, bukan angka 10.

Makanya, harga Rp 9.999 terasa lebih murah daripada Rp 10.000, padahal selisihnya cuma Rp 1.

Ilusi Harga Lebih Murah

Misalnya ada produk dengan harga:

  • Rp 49.999
  • Rp 50.000

Meskipun beda Rp 1, kebanyakan orang bakal ngelihat harga Rp 49.999 sebagai “40 ribuan” bukan “50 ribuan”. Ini karena angka 4 lebih dominan dibanding angka 5, walaupun bedanya kecil banget.

Kebiasaan Konsumen

Teknik ini udah dipakai selama puluhan tahun, jadi tanpa sadar kita udah kebiasaan menganggap harga yang diakhiri angka 9 lebih murah. Padahal yaaa… selisihnya kecil banget.

Banyak bisnis sengaja pakai teknik ini supaya konsumennya merasa dapat harga lebih murah dan nggak terlalu mikir panjang sebelum beli.

Contoh Penerapan Psychological Pricing dalam Bisnis

Teknik psychological pricing ini nggak cuma dipakai di toko-toko kecil, tapi juga di perusahaan besar. Berikut beberapa contoh penggunaan psychological pricing yang sering kita temui.

Supermarket & Minimarket

Coba deh perhatiin harga barang di minimarket kayak Indomaret atau Alfamart. Hampir semua harga produknya diakhiri angka 9, misalnya:

  • Rp 4.999 (minuman)
  • Rp 9.999 (cokelat)
  • Rp 19.999 (shampoo)

Kenapa mereka nggak bikin harga bulat aja? Soalnya kalau angkanya naik satu digit ke atas, orang bakal langsung merasa itu lebih mahal.

E-Commerce & Marketplace

Di Shopee, Tokopedia, dan Lazada, banyak harga produk yang pakai strategi psychological pricing ini:

  • Rp 99.999 dibanding Rp 100.000
  • Rp 199.999 dibanding Rp 200.000

Padahal yaaa… bedanya Rp 1 doang. Tapi tetap aja orang lebih cenderung beli yang angkanya lebih “kecil”.

Harga Paket Langganan

Layanan streaming kayak Netflix, Spotify, dan YouTube Premium juga pakai teknik psychological pricing. Contohnya:

  • Rp 49.999/bulan
  • Rp 89.999/bulan

Kalau pakai harga Rp 50.000 atau Rp 90.000, pelanggan bakal merasa lebih mahal.

Keuntungan dan Kekurangan Psychological Pricing

Keuntungan:

  • Bikin harga kelihatan lebih murah – Walaupun beda tipis, harga Rp 9.999 terasa lebih murah dibanding Rp 10.000.
  • Meningkatkan penjualan – Teknik ini bikin orang lebih gampang tertarik buat beli produk.
  • Bisa dipakai di berbagai bisnis – Mulai dari toko kecil sampai perusahaan besar.

Kekurangan:

  • Orang mulai sadar ini cuma trik – Banyak konsumen yang udah tahu soal psychological pricing, jadi nggak semuanya bakal terpengaruh.
  • Kurang cocok buat produk premium – Barang mahal biasanya lebih cocok pakai harga bulat supaya terkesan lebih eksklusif.

Cara Bisnis Menggunakan Psychological Pricing dengan Efektif

Kalau kamu punya bisnis dan pengen pakai strategi psychological pricing ini, ada beberapa cara yang bisa dicoba:

Gunakan Harga dengan Akhiran 9

Coba pasang harga produk dengan akhiran angka 9, misalnya Rp 49.999 dibanding Rp 50.000. Ini bisa bikin harga terlihat lebih menarik.

Buat Paket Harga

Banyak bisnis bikin paket harga seperti:

  • 1 produk: Rp 19.999
  • 2 produk: Rp 35.999
  • 3 produk: Rp 49.999

Ini bikin konsumen lebih tertarik buat beli yang jumlahnya lebih banyak.

Bandingkan dengan Harga Sebelumnya

Kalau ada diskon, pasang harga sebelum dan sesudah diskon seperti ini:

  • Sebelum: Rp 99.999
  • Sesudah: Rp 49.999

Kelihatan lebih murah banget kan?

Penempatan Strategis di Toko

Selain menentukan harga, penempatan produk di toko juga penting. Pastikan produk dengan harga psikologis ditaruh di tempat yang mudah dilihat, biar orang lebih tertarik buat ambil dan beli.

Persepsi Harga dan Nilai Produk

Satu hal yang perlu diingat adalah persepsi harga seringkali berhubungan dengan nilai produk. Misalnya, produk yang dianggap mahal biasanya dianggap lebih berkualitas. Namun, dengan menerapkan psychological pricing, bisnis dapat menciptakan persepsi bahwa mereka memberikan nilai lebih dengan harga yang lebih “terjangkau”.

Misalnya, sebuah produk kecantikan dengan harga Rp 199.999 mungkin dianggap lebih menarik dibandingkan harga Rp 200.000, padahal selisihnya hanya Rp 1. Pelanggan bisa merasa mereka mendapatkan diskon atau promosi, walaupun sebenarnya itu hanya teknik penentuan harga.

Dampak Psychological Pricing pada Loyalitas Pelanggan

Penggunaan psychological pricing juga bisa mempengaruhi loyalitas pelanggan. Ketika konsumen merasa mendapatkan penawaran yang baik, mereka lebih cenderung kembali untuk berbelanja lagi. Ini menciptakan hubungan positif antara bisnis dan pelanggan.

Bisnis yang secara konsisten menggunakan teknik ini dapat membangun citra sebagai penyedia produk berkualitas dengan harga yang bersaing. Hal ini penting dalam dunia bisnis yang kompetitif, di mana pelanggan memiliki banyak pilihan.

Kombinasi dengan Teknik Lain

Teknik psychological pricing juga dapat dikombinasikan dengan strategi pemasaran lainnya. Misalnya, jika suatu produk ditawarkan dengan diskon atau bundling, maka penggunaan psychological pricing dapat memperkuat daya tarik penawaran tersebut.

Contohnya, saat ada promo buy one get one (beli satu gratis satu) untuk produk seharga Rp 99.999, konsumen tidak hanya merasa mendapatkan nilai lebih, tetapi juga merasa lebih beruntung karena “hemat” dalam membeli produk tersebut.

Kesimpulan

Jadi, kenapa harga Rp 9.999 kelihatan lebih murah dibanding Rp 10.000? Jawabannya ada di cara kerja otak kita! Teknik psychological pricing ini bikin kita lebih fokus ke angka pertama, bukan selisihnya yang cuma Rp 1.

Strategi ini udah dipakai di mana-mana, mulai dari minimarket, e-commerce, sampai layanan langganan. Dan ya, meskipun kita udah tahu ini trik marketing, tetap aja banyak orang yang lebih memilih harga model begini.

Dengan memahami psychological pricing, kita bisa jadi pembeli yang lebih bijak dan nggak gampang terpengaruh oleh angka-angka yang terlihat menarik. Selain itu, bagi pelaku bisnis, menerapkan teknik ini dengan cerdas bisa menjadi strategi ampuh untuk meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan.

Jadi, kapan pun kita melihat harga yang diakhiri dengan angka 9, kita tahu bahwa ada alasan psikologis di baliknya. Selamat berbelanja dan semoga kita bisa lebih pintar dalam memilih!

Related Posts