Apa Itu Drop Culture?
Drop culture adalah strategi jualan yang melibatkan produk-produk terbatas yang hanya dijual dalam jumlah sedikit dan dalam waktu yang sangat terbatas. Jadi, misalnya ada sebuah brand yang ngeluarin hoodie keren, tapi cuma tersedia 100 potong. Nah, produk ini bakal dijual hanya dalam waktu tertentu—bisa cuma beberapa jam atau bahkan beberapa menit aja. Nah, kamu bisa bayangin kan, gimana caranya orang bisa berebut beli barang tersebut biar nggak kehabisan?
Yang bikin drop culture ini menarik adalah eksklusivitasnya. Karena hanya ada sedikit produk yang dijual, orang-orang jadi merasa kalau mereka beli barang itu, mereka punya sesuatu yang terbatas dan nggak semua orang bisa dapetin. Ini yang bikin produk-produk yang dirilis dengan drop culture punya nilai tinggi.
Sejarah Singkat Drop Culture
Drop culture pertama kali jadi fenomena besar di dunia fashion streetwear, dimulai dari brand-brand seperti Supreme. Brand ini emang terkenal banget dengan strategi drop-nya yang unik. Mereka sering ngeluarin produk-produk terbatas yang langsung laku habis dalam waktu singkat. Bahkan, beberapa produk Supreme bisa dijual dengan harga yang jauh lebih mahal dari harga aslinya karena kelangkaannya.
Selain itu, Off-White yang didirikan oleh Virgil Abloh juga turut berperan besar dalam mengembangkan drop culture. Mereka sering ngeluarin koleksi terbatas yang langsung ngehits di kalangan anak muda dan kolektor. Bahkan, beberapa produk Off-White bisa habis dalam beberapa menit aja, dan orang-orang rela ngantri atau ngegas beli di website mereka.
Bagaimana Drop Culture Bekerja?
Jadi, gimana sih drop culture ini bisa bekerja dan bikin orang-orang rela beli barang langka dengan harga yang kadang jauh lebih mahal?
Penyediaan Produk Terbatas
Brand yang menggunakan drop culture biasanya cuma menyediakan produk dalam jumlah terbatas. Contohnya, kalau ada produk baru yang dirilis, bisa jadi cuma 100 hoodie atau 50 sepatu yang tersedia di seluruh dunia. Kelangkaan inilah yang bikin orang jadi ngiler buat buru-buru beli.
- Waktu Terbatas
Selain jumlah yang terbatas, drop culture juga sering melibatkan waktu penjualan yang terbatas. Jadi, misalnya produk baru ini cuma dijual selama 1 jam atau beberapa menit saja. Hal ini bikin konsumen merasa harus cepat-cepat ambil keputusan untuk beli, atau mereka bakal ketinggalan dan nggak bisa dapetin barang tersebut.
- Antisipasi Sebelum Drop
Sebelum produk dijual, brand biasanya sudah bikin hype dengan teaser-teaser di media sosial atau dengan bekerja sama sama influencer terkenal. Misalnya, kamu bisa lihat teaser produk di Instagram atau YouTube, yang bikin semua orang penasaran dan makin nggak sabar nungguin peluncurannya.
Keuntungan Bagi Brand
Kenapa brand-brand streetwear kayak Supreme, Off-White, dan Nike bisa jadi begitu sukses dengan menggunakan drop culture? Berikut adalah beberapa keuntungan utama yang didapat:
- Meningkatkan Permintaan
Dengan jumlah produk yang terbatas dan waktu yang singkat, orang jadi semakin tertarik dan merasa harus buru-buru beli. Hal ini justru malah meningkatkan permintaan produk, padahal jumlahnya terbatas. Ketika produk langka, orang akan merasa kalau mereka nggak beli sekarang, mereka bakal ketinggalan.
- Menciptakan Hype
Setiap kali ada drop, brand biasanya bisa menarik banyak perhatian media sosial dan blog. Orang-orang mulai ngobrolin produk itu, ngasih komentar di Instagram, atau bahkan bikin video unboxing setelah mereka berhasil beli barang tersebut. Ini yang bikin hype atau keramaian jadi makin gede dan produk jadi semakin terkenal.
- Penciptaan Identitas Brand
Brand yang sukses dengan drop culture nggak cuma terkenal karena produk terbatas mereka, tapi juga karena mereka punya identitas unik. Produk yang mereka jual nggak cuma sekedar barang, tapi udah jadi simbol status sosial buat penggunanya. Ini yang bikin brand-brand seperti Supreme, Off-White, dan Yeezy sangat diidolakan.
Konsumen yang Terlibat
Konsumen yang beli produk drop culture biasanya bukan orang biasa-biasa aja, lho. Mereka itu sering banget loyal banget sama brand tertentu dan siap ngeluangin waktu buat dapetin produk eksklusif ini. Bahkan, mereka nggak ragu buat ngantri berjam-jam atau beli di website yang crash karena banyak orang yang berebut buat beli produk itu.
Selain itu, ada juga yang beli produk drop ini buat dijual lagi di pasar sekunder dengan harga yang jauh lebih tinggi. Misalnya, kalau kamu beli sneakers limited edition dari Nike dengan harga 1 juta, bisa jadi kamu bisa jual lagi seharga 3 juta atau lebih karena banyak orang yang kepengen banget punya barang langka itu.
Contoh Brand yang Menggunakan Drop Culture
Ada banyak banget brand yang udah sukses banget pakai strategi drop culture. Beberapa contoh terkenal adalah:
- Supreme
Salah satu brand pertama yang benar-benar berhasil menerapkan drop culture. Mereka sering banget ngeluarin produk terbatas yang langsung habis dalam waktu singkat, terutama kalau mereka ngeluarin kolaborasi dengan brand besar.
- Nike x Off-White
Kolaborasi antara Nike dan Off-White adalah contoh keren dari drop culture. Setiap kali mereka ngeluarin sepatu terbatas, orang-orang pada ngantri di website Nike dan langsung habis dalam beberapa detik.
- Adidas x Yeezy
Kolaborasi antara Adidas dan Kanye West juga termasuk dalam drop culture. Setiap kali Yeezy ngeluarin sepatu baru, biasanya langsung habis dan banyak orang yang bersedia bayar lebih untuk produk tersebut di pasar sekunder.
Kelebihan dan Kekurangan Drop Culture
Tentunya, drop culture nggak cuma punya keuntungan, tapi juga ada kekurangannya. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangannya:
Kelebihan:
- Meningkatkan loyalitas pelanggan, karena konsumen merasa eksklusif dan istimewa.
- Menciptakan hype yang besar di media sosial dan dunia fashion.
- Peningkatan permintaan yang luar biasa, membuat produk semakin dicari.
Kekurangan:
- Konsumen yang gagal dapetin produk mungkin merasa kecewa dan frustasi.
- Harganya yang bisa melambung tinggi setelah drop, kadang bikin konsumen merasa nggak adil.
Kesimpulan
Drop culture adalah strategi pemasaran yang cukup unik dan menarik, yang berhasil membuat produk jadi langka dan diburu banyak orang. Meskipun strategi ini berhasil banget untuk brand-brand besar seperti Supreme, Off-White, dan Nike, sebenarnya brand lain juga bisa mencoba menggunakan teknik ini. Yang penting, buat kamu yang tertarik ikutan dalam dunia drop culture, ingat kalau keramaian dan eksklusivitas bisa jadi faktor penentu apakah produk kamu bakal jadi hit atau nggak. So, kalau kamu mau ikutan hype, siap-siap deh buat nungguin produk langka dan bersaing sama ribuan orang lain yang juga mau dapetin barang tersebut!